pemeriksaan fisik ibu hamil

PEMERIKSAAN IBU HAMIL (ANC) LENGKAP

ALAT DAN BAHAN

  1. TIMBANGAN & MICROTOIS SETATUR METER
  2. METELIN UNTUK LILA
  3. PALU PATELLA
  4. JANGKA PANGGUL
  5. HANDSCON BERSIH & STERIL
  6. TERMOMETER
  7.  TENSIMETER
  8. STETOSKOP
  9. JAM TANGAN
  10. METELIN
  11. FUNANDUSKOP / DOPLER
  12. KAPAS CEBOK
  13. AIR DTT
  14. KOM
  15. HB METER
  16. 1 SET PEMERIKSAAN ALBUMIN URINE
  17. 1 SET PEMERIKSAAN REDUKSI URINE
  18. TEMPAT SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS
  19. BENGKOK

PEMERIKSAAN FISIK :

  1. UKUR TB DAN BB
  2. UKUR LILA ( DARI AKROMNION SAMPAI SIKU DIBAGI 2 ) EX : panjang dari akromnion sampai siku 28 cm.. ambil tengahnya yaitu 14 cm.. hitung lingkar lengan di 14 cm tersebut
  3. test reflek patella
  4. pemeriksaan umum meliputi : S, TD, N, RR (15 menit kemudian ukur TD miring untuk menghitung ROT

HEAD TO TOE

  1. KEPALA : rambut rontok atau tidak
  2. MUka : ppucat atau tidak, odema atau tidak.
  3. Mata : konjungtiva anemis, atau merah muda, sklera ikterus atau putih
  4. Mulut : mukosa bibir lembab atau kering, gigi karies atau tidak . jika ada karies tanyakan sejak sebelum hamil atau pada saat hamil. jika pada saat hamil, berarti ibu kekurangan kalsium.
  5. Leher : adakah pembesaran kelenjar limfe, tyroid, bendungan vena jugularis
  6. abdomen : leopolt 1 : TFU brp ? (disesuaikan dengan UK ) & Tentukan bagian apa yang berada di fundus.  Leopold 2 : menentukan bagian kanan dan kiri perut ibu (puka atau puki ) . Leopold 3 : meentukan bagian terendah janin & apakah bagaian terendah sudah masuk PAP. Leopold 4 : menentukan seberapa jauh kepala janin masuk PAP (gunakan perlimaan).

TFU Mc. donal dapat dilakukan saat leopold 1 : (dalam cm )

Auskultasi DJJ dapat dilakukan saat leopold 2

6. Genetalia : bersih atau tidak, ada keputihan atau tidak, ada fluxus atau tidak, adakah condiloma, adakah sifilis, adakah gonorhea, adakah nyeri tekan, adakah pembengkakan kelenjar skene dan bartoline .

7. EKstremitas atas : odem atau tidak

8. ekstremitas bawah : odem atau tidak . varises atau tdak ( check di pretibia, dorsalis pedis, metatarsal )

DONE SELAMAT MENCOBA

 

 

 

Standard

Pengukuran Tinggi badan dan Berat badan Bayi

TUGAS MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“PENGUKURAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN PADA BAYI “

Oleh : Ibu Nolo Sulasmi, S.KM., M.M.Kes

 

Disusun oleh :

  1. Laras Lupitasari ( P27824114005 )
  2. Dini Noveriyanti ( P27824114010 )
  3. Dwi Ariska ( P27824114015 )
  4. Yesi Ardi N ( P27824114017 )
  5. Cantika Rahayu L ( P27824114019 )
  6. Nindita Maharani ( P27824114020 )
  7. Ananda Ayu M ( P27824114026 )
  8. Putri Hani S ( P27824114031 )

 

 

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D III KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkanatas berkah dan rahmat dariAllah SWT yang telah memberikat berkat kesehatan dan nikmat berfikir bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “PENGUKURAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN PADA BAYI

Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca pada khususnya dalam hal untuk mengetahui tentang bagaimana pengukuran berat badan dan tinggi badan pada bayi kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk memperbaiki dan menambah penulisan dan kelengkapan isi makalah ini.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kelompok kami sendiri khususnya, teman-teman sependidikan kebidanan dan bagi siapapun yang membacanya.

 

 

 

 

 

Surabaya, Desember 2014

 

 

Penulis

 

 

 

 

I

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………i

Daftar isi……………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

  • Latar Belakang…………………………………………………………………………….. 1
  • Rumusan masalah………………………………………………………………………….1
  • Tujuan …………………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.2 PENGUKURAN TINGGI BADAN…………………………………………….3

1.1.1 Pengertian……………………………………………………………………..3

  • Cara Mengukur panjang bayi

 

  • PENGUKURAN BERAT BADAN.
    • Pengertian …………………………………………………………………8
    • Cara mengukur berat badan…………………………………………….9

 

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………….20

3.2 Saran …………………………………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..21

 

 

 

ii

 

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Antropometri berasa dari kata antropos yang artinya tubuhdan metros yang berarti ukuran. Jadi antropometri artinya ukuran tubuh. Yang digunakan untuk pengukuran antrometri adalah lingkar kepala, berat badan, tinggi/panjang badan, perubahan berat badan, rasio berat/tinggi, lebar siku. Dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan pada bayi.

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.Untuk menilai pertumbuhan anak dibutuhkan KMS (Kartu Menuju Sehat), yaitu kartu yang memuat data serta grafik pertumbuhan anak serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang bayi/balita

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas meliputi faktor bawaan, jenis kelamin. Faktor lingkungan meliputi faktor pranatal dan postnatal. Lingkungan postnatal meliputi budaya, sosial ekonomi, nutrisi, iklim/cuaca, olahraga atau latihan fisik, dan status kesehatan.

 

  • Rumusan masalah
  1. Bagaimana pengukuran tinggi badan pada bayi ?
  2. Bagaimana pengukuran berat badan pada bayi ?

 

  • Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengukuran tinggi badan pada bayi.
  2. Untuk mengetahui pengukuran berat badan pada bayi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGUKURAN TINGGI BADAN

2.1.1 Pengertian

Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan.Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Saat baru lahir, panjang badan normal bayi adalah sekitar 45 cm-55 cm, Pada usia 0-3 bulan, panjang badan (PB) bayi normalnya mencapai 55 cm-60 cm, dengan kenaikan tiap bulannya yang tidak terlalu signifikan.
Pada usia 3-6 bulan, PB bayi normalnya mencapai 60,5 cm-65 cm. Kenaikan pada 3 bulan kedua ini cukup signifikan. Pada usia 6-9 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 65 cm-71 cm, dengan kenaikan yang sangat signifikan pada 3 bulan ketiga ini. Hal ini disebabkan karena otot-otot penopang tubuh si kecil yang sudah mulai terstimulasi dengan semakin banyaknya gerakan yang dihasilkan serta jenis makanan yang sudah mulai beragam sehingga membantu proses pertumbuhan tulangnya.Pada usia 9-12 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 71 cm-75 cm.

 

 

Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi anak berdiri tegak.

  1. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang
  2. Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak

 

  • Cara Mengukur panjang bayi

 

  1. Pengukuran menggunakan Infantometer

Alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi adalah infatometer dengan ketelitian 0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari infatometer adalah sebagai berikut :

  1. Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix
  2. Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan
  3. Alas yang rata
  4. Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1 mm

Gambar infantometer

Cara mengukur tinggi badan

Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer adalah sebagai berikut :

  1. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.
  2. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar selimut tipis atau kertas tisu yang lebar.
  3. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi
  4. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skala pengukur
  5. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board
  6. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada pada garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer.
  7. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi
  8. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer
  9. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi lurus
  10. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut
  11. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.
  12. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas
  13. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat dilakuakan pada satu atau dua kaki bayi.

Gambar mengukur panjang bayi menggunakan infantometer

 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran tinggi badan

  1. Usahakan agar ibu berada pada posisi yang terlihat oleh bayi agar bayi lebih tenang bila tidak ada asisten pengukur ibu dapat diajari untuk menjadi asisten pengukur.
  2. Jangan menekan lutut terlalu keras terutama pada bayi kecil
  3. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengukur tinggi badan bayi adalah posisikan kepala, luruskan badan dan tungkai, posisikan kaki, ukur panjang badan sampai 0,1 cm terdekat.
  4. Jika bayi diukur telanjang, alasi papan pengukur dengan menggunakan kain kering untuk menghindari cedera.
  5. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran

 

Kelemahan Alat :

  1. Alat pengukur panjang badan bayi aluminium ini mempunyai kelemahan pada panel penggeser maupun panel untuk menempel di kepala, sebab tidak statis (mudah digerak-gerakan ke kiri dan ke kanan). Oleh sebab itu pengukur harus berhati-hati dalam mengukur, pembacaan dilakukan ketika posisi kedua papan tersebut tegak lurus. Caranya adalah minta bantuan petugas pengunpul data lain atau ibu anak/bayi untuk memegang papan bagian kepala, dan pengukur memegang papan bagian kepala.
  2. Batas pengukuran maksimal adalah 100 cm. Apabila ditemukan panjang bayi lebih. Dari 100 cm, dapat digunakan meteran kain dengan menempelkan meteran pada papan. Bila panjang badan bayi kurang dari batas minimal alat ukur, dapat digunakan penggaris atau alat tambahan sampai ke batas minimal, kemudian diukur selisihnya untuk mendapatkan hasil panjang badan bayi yang sebenarnya.

 

  1. Pengukuran menggunakan Pita ( Meteran )

Pengukuran panjang bayi dapat juga menggunakan alat yang paling sedarhana yaitu pita(meteran).

Gambar pita meteran

Cara mengukur panjang bayi dengan menggunkan pita ( meteran adalah sebagai berikut :

  1. Siapkan pita pengukur (meteran)
  2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampaimenempel pada meja (posisi ekstensi)
  3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
  4. Memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
  5. Tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992)

Tinggi badan dapat juga diperkirakan. Berikut ini adalah cara memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan rumus Behram :

  1. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
  2. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x Panjang Badan Lahir
  3. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir
  4. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun
  5. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
  6. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992):

  1. Lahir : 50 cm
  2. Umur 1 tahun : 75 cm
  3. 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77

Contoh soal :

Jelaskan perkiraan tinggi badan pada umur 1 tahun?

Jawab :

Tinggi badan Umur 1 tahun lebih kurang 75cm. Atau,jika diketahui tinggi badan pada saat lahir dapat digunakan rumus. Misalnya TBL = 50cm. Jadi, TB = 1,5 x 50 cm = 75cm

 

  • Pengukuran Berat Badan Bayi

 

2.2.1 Pengertian

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk

mendiagnosis bayi normal atau BBLR.Dikatakan BBLR apabila berat bayi balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi

balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Hartono, 2008).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Supariasa, 2002).

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagi perhitungan, antara lain: parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan gambaran tentang pertumbuhan. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.

 

  • Cara mengukur berat badan

 

  1. Mengukur Berat Badan Bayi menggunakan Dacin

Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan adalah dacin. Dengan alasan :

a)Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan

b)Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat, harga terjangkau

c)Ketelitian dan ketetapan cukup baik

  1. d) Aman digunakan
  2. e) Tidak membahayakan anak terjatuh pada waktu ditimbang, misalnya menggunakan tali atau sejenisnya yang cukup kuat untuk menggantungkan dacin.

Cara Menimbang Berat Badan menggunakan dacin

Memeriksa dacin dengan seksama, masih dalam kondisi baik atau

tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.

Petunjuk bagaimana cara menimbang balita dengan menggunakan dacin.

Langkah-langkah tersebut dikenal dengan penimbangan, yaitu :

  1. Menggantungkan dacin pada :
  2. Dahan pohon; b. Palang rumah, atau penyangga kaki tiga
  3. Memeriksa apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat.
  4. Letakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai. Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman
  5. Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol)
  6. Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.
  7. Anak atau bayi ditimbang, dan seimbangkan dacin. Saat ditimbang, pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan kantong celana timbang tidak dapat digunakan.
  8. Geser bandul sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jarum terdapat pada satu titik.
  9. Tentukan berat badan anak atau bayi, dengan membaca angka di ujung bandul geser.
  10. Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal,misalnya 7,5 kg
  11. Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.

 

Kesulitan dalam menimbang adalah anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala dan anak biasanya menangis.

 

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menimbang Berat Badan menggunakan dacin :

a.Pemeriksaan alat timbang

Dacin harus diperiksa secara seksama, apakah masih dalam kondisi baik

Atautidaksebelum digunakan. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser

berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Keadaan bandul digeser tidak longgar terhadap tangkai dacin, melakukan penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk mendapatkan data dengan validitas yang tinggi.

b.Anak atau bayi yang ditimbang

Anak atau bayi yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seminim mungkin dan seringan mungkin. Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan.

c.Keamanan

Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan. Segala sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai dimana di lakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin,berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang ditimbang, maupun petugas.

d.Pengetahuan dasar petugas

Cara memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untuk mengetahui berat badan secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini sangat

penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati

skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini dapat

menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan memindah-mindahkan bandul geser secaratidak menentu.

 

  • Cara mengukur berat badan bayi menggunakan timbangan injak

Bila keadaan ini memaksa dimana anak atau bayi tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak. Caranya adalah sebagai berikut :

  1. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong bayi/anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
  2. Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang.
  3. Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan digital.
  4. Mintalah ibu tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan hasil penimbangan segera di catat
  5. Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa menggendong bayi/anak.
  6. Cara menentukan berat badan beyi/anak adalah dengan rumus :

 

 

 

Dimana : Berat badan I   = Berat badan saat menggendong bayi/anak.

Berat badan II = Berat badan saat tidak menggendong bayi/anak.

 

  • Cara mengukur bayi menggunakan timbangan bayi.

Berikut ini adalah cara mengukur berat badan bayi dengan menggunakan timbangan bayi :

  1. Letakkan timbangan pada alas yang rata dan kuat.
  2. Beri alas tipis yang bersih, misalnya selimut tipis atau tisu lebar.
  3. Pastikan bahwa jarum berada pada angka nol (0)
  4. Sebelum ditimbang, lepaskan alas kaki, baju dan topi bayi. Bayi sebaiknya ditimbang tanpa pakaian.
  5. Pengukur berdiri di depan skala timbangan
  6. Bayi ditidurkam pada timbangan.
  7. Ketika menimbang, tangan petugas diletakkan diatas tubuh bayi ( tidak menempel ) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang
  8. Tentukan hasil berat badan bayi sesuai dengan jarum petunjuk pada timbangan, kemudian catat hasil pengukurannya.

Gambar timbangan bayi

 

 

Berat Badan Normal Berdasarkan Panjang Badan Dan Jenis Kelamin

 

Panjang ( cm ) Berat badan bayi laki-laki (Kg) Berat badan bayi perempuan ( Kg )
49,0-55,0 3,1-4,3 3,3-4,3
55,5-60,0 4,3-5,7 4,4-5,5
60,5-65,0 5,8-7,1 5,7-7,0
65,5-70,0 7,1-8,5 7,0-8,4
70,5-75,5 8,6-9,8 8,5-9,6

 

Berat Badan Normal Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Umur BB Laki-laki BB Perempuan

 

Umur (bulan) Berat badan bayi laki-laki (Kg) Berat badan bayi perempuan (kg)
0 2,5 2,5
1 3,5 3,5
2 4,2 4,0
3 5,2 5,0
4 6,2 6,0
5 7,2 7,0
6 8,2 8,0
7 9,2 8,4
8 9,4 8,6
9 9,6 8,8
10 9,8 9,0
11 10 9,2
12 10,2 9,5

 

2.3 Deteksi Dini Pertumbuhan Anak Dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)

Untuk menilai pertumbuhan anak dibutuhkan KMS (Kartu Menuju Sehat), yaitu kartu yang memuat data serta grafik pertumbuhan anak serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang bayi/balita setiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Nursalam, 2005).

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan adalah dengan langkah sebagai berikut.

  1. Timbang berat badan anak
  2. Ukur tinggi badan anak
  3. Lihat arah garis pertambahan berat badan dan tinggi badan pada grafik KMS.

Adapunpertumbuhandikategorikan normal jikaberatbadandanpanjangbadantumbuhpadapersentil yang sama. Dalamaplikasidenganmenggunakan KMS, anakdapatdikategorikantumbuh normal jikagrafikpertumbuhanberatbadannyasejajardengankurvabaku. Berikutadalah 5 arahgarispertumbuhan.

  1. Tumbuh kejar atau Catch-Up Growth atau N1 (Arah garis pertumbuhan melebihi arah garis baku).
  2. Tumbuh Normal atau N2 (Arah garis pertumbuhan sejajar atau berimpit dengan arah garis baku).
  3. Growth Faltering atau T1 (Arah garis pertumbuhan kurang dari arah garis baku atau  pertumbuhan kurang dari yang diharapkan).
  4. Flat- Growth atau T2 (Arah garis pertumbuhan datar atau berat badan tetap).
  5. Loss of Growth atau T3 (Arah garis pertumbuhan menurun dari arah garis baku).

KMS dan Grafik pertumbuhan Anak Laki-laki dan perempuan 0-24 bulan

 

Jadianaknaikberatbadannyajikagarispertumbuhannyanaikmengikutisalahsatu pita warnaataugarispertumbuhannyanaikdanpindahke pita warna di atasnya. Sedangkananak yang tidaknaikberatbadannyabilagarispertumbuhannyaturunataugarispertumbuhannyamendatarataugarispertumbuhannyanaiktetapipindahke pita warnadibawahnya.

Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan pertumbuhan bayi/balita, bukan untuk penilaian status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis kelamin, balita laki-laki dan perempuan sama saja. Pita yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan berat badan bayi/balita bukan Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik turunya berat badan bayi/balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.

Adapun fungsi/manfaat KMS yaitu (Permenkes, 2010) :

  1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan seorang anak tumbuh normal atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil resiko anak mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan beresiko mengalami gangguan pertumbuhan.
  2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat  riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
  3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila diare.

2.4Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi (Depkes R.I,2005)

Pertumbuhan bayi pada dasarnya itu berbeda dengan yang lainnya karena mereka memiliki perbedaan genetik dan asupan dari masing-masing bayi.

Faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri bisa dikatakan hal yang penting dalam perkembangan bayi. Faktor-faktornya adalah :

a.Faktor dalam (internal)

1)Faktor Genetik (Keturunan)

Faktor ini merupakan faktor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam

awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya faktor genetik ini susah

untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekaipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh faktor-faktor genetik manusia :

1) postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.

2) Faktor Asupan Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Pemberian asupan seperti makanan, vitamin, buah-buahan, sayuran secara teratur dalam proses pertumbuhannya akan membentuk manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan dan lain-lain. baik sehat fisik dan sehat psikis.

2)Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan karakter secaraalamiah,dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila faktor gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup di lingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik pula.

b.Faktor luar (eksternal) (Depkes R.I, 2005)

1)Faktor Prenatal

a)Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan.

b)Mekanis , posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan kongenital, misalnya club foot

c)Toksin/zat kimia, radiasi

d)Kelainan endokrin,

e)Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual

f)Kelainan imunologi

g)Psikologis ibu

2)Faktor Persalinan/kelahiran

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

3)Faktor Pascanatal

a)Gizi

Tumbuh kembang bayi memerlukanzat makanan yang adekuat. Apabila pemenuhan gizi tidak tercukupi, maka akan mempengaruhi pertumbuhan.

b)Lingkungan fisik dan kimia

lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari paparan sinar radio aktif, zat kimia (Pb, merkuri, Rokok dan lain-lain)mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak .

c)Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang anak yang tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam perkembangan maupun pertumbuhan

d)Penyakit kronis/kelainan kongenital

Tuberkolosis, anemia, kkelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

e)Endokrin

Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipoteroid akan menyebabkan anak akan mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

f)Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidak tahuan akan menghambat pertumbuhan anak.

g)Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

h)Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasianak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

  1. Obat –obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertubuhan pertumbuhan demikian halnya dengan pemakaian obat perangasang terhadap rangsangan susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon perkembangan.

 

  1. j) Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI saja pada bayi usia 0 – 6 bulan dapat membantu pertambahan berat badan bayi karena komponen ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

 

  1. k) Genetik atau hereditas seperti ras dan seks

Lingkungan meliputi kebudayaan, nutrisi, aktifitas fisiologi, urutan anak dalam keluarga mampengaruhi sikap orang tua terhadap anak, penyimpangan dari keadaan sehat seperti sakit, kecelakaan, hormon, emosi, hubungan berarti dari orang tua dan intelegensi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  • Kesimpulan

 

  • Saran
  • Untuk mengukur berat badan dan tinggi badan agar akurat, gunakan alat-alat sesuai standart.
  • Kita harus teliti saat mengukur tinggi badan dan berat badan agar hasilnya benar dan akurat.
  • Materi tentang pemeriksaan berat badan dan tinggi badan ini sangat perlu untuk dipublikasikan mengingat pentingnya pemahaman tentang materi ini dan karena informasi yang bisa kita temukan tentang hal ini sangatlah sedikit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pediatrik Nursing, 3 Juli 2009, “ Pengukuran Antropometri “ ( diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 15.00 )

Dr suparyanto.Desember 2010.”konsep-berat-badan-bayi” (diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 15.55)

Andikapriastana. Desember 2012. “Penilaian pertumbuhan fisik anak” (diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 16.00 )

Tedjho. Januari 2013. “pengertian antropometri” . (diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 16.15 )

Sofiatussholeha. Juni 2013. “makalah antropometri”. (diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 16.20 )

Pediatrik Nursing, 3 Juli 2009, “ Pengukuran Antropometri “ ( diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 15.00 )

tedjho.21 Juni 2012.”Antropometri” . (diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 16.20 )

 

 

 

 

 

Standard

Kelainan Kongenital lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih banyak kira jumpai bayi dilahirkan dengankeadaan cacat bawaan/kelainan kongenital.

Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.

Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu. Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih parah kita harus melakukan rujukan.

  • Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud kelainan congenital ?
  2. Apa saja etiologi dan patologis kelainan congenital?
  3. Bagaimana menentukan diagnosis kelainan congenital pada neonatus?
  4. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus?
    • Tujuan
  5. Mengetahui tentang kelainan congenital
  6. Mengetahui etiologi dan patologis kelainan congenital
  7. Mengetahui diagnosis kelainan congenital pada neonates.
  8. Mengetahui kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus.

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008).

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin

2.2 Etiologi

Menurut Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008) etiologi kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:

  1. Faktor Genetik

Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen.

  1. Faktor non-genetik

Kelainan oleh faktor non-genetik dapat disebabkan oleh obat-obatan, teratogen, dan radiasi. Teratogen adalah obat, zat kimia, infeksi, penyakit ibu, yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk atau fungsi pada bayi yang dilahirkan (Effendi, 2006 dalam Neonatologi IDAI 2008).

2.3 Patogenesis

Berdasarkan patogenesisnya, Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008)

membedakan kelainan kongenital sebagai berikut:

1.Malformasi

Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebutberhenti,melambat atau menyimpang sehingga menyebabkanterjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, atau mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.

2.Deformasi

Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal sehingga mengubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia(mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.

3.Disrupsi

Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur yang semula berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.

4.Displasia

Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas,meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup (Neonatologi IDAI, 2008).

 

2.4 Diagnosis

Menurut Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008), dalam menegakkan diagnosis postnatal kita perlu beberapa pendekatan, antara lain:

a.Penelaahan prenatal

Riwayat ibu: usia kehamilan, penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes melitus, varisela, kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti-epilepsi, kokain, dietilstilbisterol, obat antikoagulan warfarin, serta radiasi.

b.Riwayat persalinan

Posisi anak dalam rahim, cara lahir, status kesehatan neonatus.

c.Riwayat keluarga

Adanya kelainan bawaan yang sama, kelainan bawaan yang lainnya,kematian bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.

  1. Pemeriksaan fisik : Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor maupun minor. Biasanya bila ditemukan dua kelainan minor, sepuluh persen diserai kelainan mayor. Sedangkan bila ditemukan tiga kelainan minor, delapan puluh lima persen disertai dengan kelainan mayor.

e.Pemeriksaan penunjang :Sitogenetik (ke laina n kromosom), analisis DNA, ultrasonografi, organ da lam, ekokardiografi, radiografi. Pemeriksaan yang teliti terhadap pemeriksaan fisis dan riwayat ibu serta keluarga kemudian ditunjang dengan melakukan pemotretan terhadap bayi dengan kelainan bawaan adalah merupakan hal yang sangat penting dibanding dengan pemeriksaan penunjang laboratiorium

BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1 Macam-macam kelainan bawaan pada neonatus

3.1.1 Hernia

Hernia adalah kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002).

Berikut adalah klasifikasi Hernia berdasarkan Letaknya:

  1. Hernia difragma
  2. pengertian

Hernia difragma adalah lubang atau kelemahan pada diafragma (otot yang memisahkan dada dari perut dan membantu dalam pernafasan). Pembukaan ini membuat beberapa usus kecil mendorong sepanjang pembukaan tersebut, membuat tonjolan. Kadangkala usus menjadi terperangkap (incarcerated) pada pembukaan tersebut. Kadangkala perangkap memotong aliran darah menuju usus yang terperangkap (strangulation), yang bisa menyebabkan sobekan (pelubangan) dan peritonitis (peradangan dan biasanya infeksi pada rongga perut dan lapisannya),membuatoperasidarurat.

Penyebab Hernia difragma tidak diketahui. Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.

 

  1. Gejala Hernia difragma berupa:

– Gangguan pernafasan yang berat, Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen),Takipneu (laju pernafasan yang cepat),Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris), Takikardia (denyut jantung yang cepat).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:

Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris, Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia, Bising usus terdengar di dada,Perut teraba kosong,Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.

Pengobatan: Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat. Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.

  1. Etiologi

Pemisahan perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan menutupnya kanalis pleuropertioneum posteriolateral selam kehamilan minggu kedelapan. Akibat gagalnya kanalis pleuroperikonalis ini menutup merupakan mekanisme terjadinya hernia diafragma. pada neonatus hernia diafragma disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma yang ditandai dengan gejala. Anak sesak nafas terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkan gambaran skafoit. Post apeks jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan.

  1. Penatalaksanaan

– Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.

-Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat bergerak bebas.

-Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi.

-Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik.

  1. Hernia tali pusar ( hernia umbilikalis)

a.pengertian

Hernia tali pusar adalah bukaan kecil pada dinding perut dekat pada tombol perut (pusar). Usus kecil bisa menonjol melalui pembukaan tersebut ketika bayi tersebut menangis, batuk, tertawa, dan mengejan atau tegang selama buang air besar.hernia tersebut biasanya menutup tanpa pengobatan pada waktu anak tersebut berusia 5 tahun. Jika hernia tali pusat besar tidak menutup pada waktu itu, dokter bisa menyarankan operasi. pengobatan tradisional seperti kerokan dengan koin atau benda lain disepanjang hernia tidak berhasil dan bisa melukai kulit.

Gejala yang timbul ketika bayi menderita hernia tali pusat dapat dilihat setelah sisa potongan tali pusat lepas, sekitar beberapa minggu setelah kelahiran. Terkadang, hernia justru baru muncul setelah bayi berusia beberapa bulan lebih.

  1. Etiologi

Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :

  1. Kongenital (Terjadi sejak lahir).
  2. Didapat (acquired) .Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
  3. Penatalaksanaan

* Pemeriksaan Diagnostik

– Sinar X. Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas. Pemeriksaan darah lengkap:Hb yang rendah dapat mengarah pada   anemia/kehilangan darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi,peningkatan Ht mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan cairan.. Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi. EKG:penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi.

*Farmakologi(Terapi obat analgetik)

*Pembedahan

– Herniatomi Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan,kemudian diare posisi kantong hernia dijahit,ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

-Henia plastik

Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis interus dan memperkuat dinding belakang kanalis linguinalis.

3.Hernia Femoral

Femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis) sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

4.Hernia Scrotal (hernia yg sudah turun kekantung buah zakar)

a.pengertian

Hernia scrotalis merupakan hernia inquinalis lateralis yang mencapai scrotum (penjelasannya sama seperti hernia inquinalis hanya lokasinya saja yang berbeda), kadang-kadang ukurannya dapat sangat besar. Diagnosa ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan yang jelas disebalah kranial dan ada hubungan ke kranial melalui anulus eksterna. Hernia ini harus dapat dibedakan dari hirdocele, tumor testis, torsio testis dan orchitis.

  1. Inguinal hernia

Hernia pada pangkal paha disebut inguinal hernia. Inguinal hernia lebih sering terjadi pada anak laki-laki, terutama mereka yang prematur. Sekitar 10% mengalami hernia pada kedua sisi pada pangkal paha. Karena inguinal hernia bisa menjadi terperangkap, dokter biasanya menyarankan operasi.

***penatalaksanaan

-Konservatif : dengan melakukan reposisi secara bimanual, tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin dengan tekanan lambat tetapi menetap sampai terjadi reposisi , pada anak reposisi dapat dilakukan dengan menidurkan anak menggunakan sedative, ditidurkan dalam posisi Trendelenburg atau kompres es di atas hernia, hal ini dikarenakan pada anak cincin hernia lebih elastis.

-Operatif : merupakan satu-satunya pengobatan yang rasional

Herniotomi : dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin dan dipotong.

Hernioplasty : tindakan memperkecil anulus inquinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inquinalis,untuk mencegah residif, bisa dengan menggunakan metode Bassini (memperkecil anulus inquinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan pertemuan musculus transversus internus abdominis dan musculus oblikus internus abdominis atau metode Mc Vay (menjahitkan fasia transversa, musculus tramsversus abdominis, musculus oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper.

 

3.1.2Obstruksi saluran nafas atas

Salah satu bentuk dari sumbatan paru adalah acute upper obstruction pulmonary disease (AUOPD). Kelainan ini pada umumnya terjadi pada bagian konduksi atau dead space. Defenisi yang digunakan untuk auopd adalah suatu obstruksi yang terjadi di antara bagian yang dimulai dari kavum oral (rongga mulut)/kavum nasi (rongga mulut) sampai ke cabang kedua trakeobronkus.

b.etiologi : Kelainan congenital hidung atau laring, Tumor,Infeksi akut, Benda asing

c.tanda gejala : Tersedak, tetapi tetap bisa bernafas, Sesak bicara, pada bayi menangis tidak keras,kulit bayi berwarna biru

  1. penatalaksanaan : Dapat bersifat non bedah dan bedah.Penatalaksanaan non bedah yang paling utama adalah pemberian oksigen untuk mengurangi hipoksia.

 

3.1.3 Omfalokel (protusi isi rongga perut ke luar dinding perut di sekitar umbiklikus terbungkus dalam suatu kantong)

Tanda gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.

Penyebabnya, kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.

.           Etologi

Faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta polihidramnion.Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu: Faktor kehamilan dengan resiko tinggi,Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat, Polihidramnion,adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.

.Penatalaksanaan:

Pasang selang nasogastrik berkaliber besar saat persalinan untuk membatasi masuknya udara ke dalam usus, dan jangan menggunakan mulut.Tempatkan tubuh bagian bawah bayi ke dalam kantung plastik steril untuk membatasi kehilangan panas, cairan dan melindungi usus dari kerusakan dan infeksiBerikan cairan  intra vena.Periksa adanya kelainan lain, termasuk ekokardiografi.Perbaikan secara pembedahan biasanya dilakukan pada hari pertama kehidupan. Jika defek berukuran besar, visera dapat diletakkan di dalam Silo Silastic, dan secara bertahap ditempatkan di dalam abdomen selama beberapa hari.

 

3.1.4  Atresia esophagus (penyumbatan/obstruksi dari saluran esophagus/kerongkongan)

Manifestasi pada pada kelainan ini yakni  Prenatal ( terjadi polihidramnion), Saat lahir ( busa pada sekter oral disertai dengan tersedak dan sianosis)

TIPE ATRESIA ESOFAGUS

Tipe A(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan     tanpahubungan ke trakea.Tipe B(jarang) kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas.Tipe C (80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.TIPE D (jarang)Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan  ke trakea. TIPE E .Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.

Tiga tanda utama trakeoesofageal fistula: batuk, tersedak, sianosis,  Apnea, Meningkatnya distress pernafasan setelah feeding ,Distensi abdomen  ,Kebiruan pada kulit (sianosis) ketika diberi makan  ,Batuk, gagging, tersedak ketika diberi makan ,Sulit untuk diberi makan

Penatalaksanaan: Lewatkan selang orogastrik dan lakukn aspirasi kantung untuk menghindari pnemonia aspirasi.Cairan intra vena untuk resusitasi dan pemeliharaan. Berikan TPN (Total Parenteral Nutrisi) sejak dini.Memerlukan koreksi dengan pembedahan.

 

3.1.5 Hischprung (Gangguan pasase usus besar karena tidak adanya sel ganglion di dalam pleksus aurerbach/meissner)

  1. Pengertian

PenyakitHisprung (Hirschprung)  adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer.dkk, 2000).Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda

  1. Etiologi Penyakit Hisprung:

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

  1. Gejala Penyakit Hisprung: Akibat dari  kelumpuhan  usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan..
  2. Penatalaksanaan klien dengan Hisprung:

Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, enterokolitis berat dan keadaan umum buruk. Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

 

3.1.6 Atresia Duodenum

Atresia Duodenum yaitu kondisi dimanaduodenum (bagian pertama dari usus halus)tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yangtidak memungkinkan perjalanan makanan darilambung ke usus.Penyebab atresia duodenum ini belumdiketahui secara jelas namun kerusakan padaduodenum ini terjadi karena Kegagalanrekanalisasi lumen usus selama masakehamilan minggu ke 4 dan minggu ke 5. Kejadian ini banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur.

Gejala Atresia Duodenum:

Bisa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas. Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu. Muntah terus menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam. Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kencing.Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium

Penatalaksanaan:

Pemberian terapi cairan intravena. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

Komplikasi:

Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. mudah terjadi dehidrasi terutama bila tidakterpasang line intravena. Setelahpembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjutseperti pembengkakan duodenum(megaduodenum), gangguan motilitas usus,atau refluks gastroesofageal.

Pada penderita atresia duodeni ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya hanya dengan pembedahan Atresia duodeni. Pada bayi baru lahir harus dicurigai bila bayi tersebut muntah segerasetelah lahir dan secara progesif menjadi buruk dengan pemberian makanan.

 

3.1.7  Meningokel (Lapisan meningen menonjol keluar kanalis vertebralis)

Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui spina bifida dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi (IKA-FKUI; Hal-1136)

Mielomeningokel adalah penonjolan meninges dan sebagian medulla spinalis, selain kantong berisi CSS. Daerah lumbal atau lumbosakral terdapat pada 42% kasus; torakolumna pada 27 kasus, sacral 21% kasus; dan torakal atau servikal pada 10% kasus. Bayi dengan mielomeningokel mudah terkena cedera selama proses kelahiran.

Penyebab:

Hal-hal berikut ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat: mengonsumsi klomifen dan asam valfroat: dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapat dicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, termasuk asam folat (Cecila L. Betz & Linda A. Sowden, 2002; hal-468).

Penatalaksanaan:

Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh.

Perbaikan mielomeningokel, dan kadang-kadang meningokel, secara bedah diperlukan..

 

3.1.8   Ensefalokel (Defek tulang kranium yang menimbulkan herniasi jaringan saraf pusat)

Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.

Gejala Ensefalokel berupa :Hidrisefalus , Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadriplegia spastik),  Gangguan perkembangan,  Mikrosefalus,Gangguan penglihatan, Keterbelakangan mental dan pertumbuhan, Ataksia, Kejang.

Penyebab Ensefalokel:

Ada beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia ibu yang terlalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan  asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folat dalam jumlah cukup. Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan untuk mendeteksi ada-tidaknya infeksi.

Mencegah Ensefalokel:

Bagi ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari. Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang mengandung  asam folatHal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa menyerang bayi_ Salah satunya, encephalocele atau ensefalokel.

Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu shunt. pengobatan lainnya bersifat, simtomatis dan suportif. Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya.sebelum dilakukan pembedahan bayi di taruh ihkubator dahulu.

 

3.1.9 Hidrosefalus (dilatasi ventrikel yang progresif disebabkan adanya timbunan cairan cerebrospinalis yang berlebihan)

Hydrochepalus berasal dari kata Hydro : air dan Cephalus : kepala. Secara medisnya, kondisi Hydrocephalus merupakan “Penumpukan cairan cerebrospinal ( CSF ) dikepala sehingga menyebabkan pembesaran ruang di otak ( ventrikel )”

Keseimbangan sirkulasi (penyerapan & produksi) CSF sangat penting. Apabila keseimbangan ini tergangung maka bisa mengakibatkan pembengkakan (Hydrocephalus) yang menghasilkan tekanan pada otak. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan karena bisa menyebabkan cacat semumur hidup bahkan kematian.

Hidroscephalus ada dua, yaitu:

  1. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
  2. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.

Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan, infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.

Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, Ventrikulografi

Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:

  1. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
  2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
  3. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah. Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis

 

Penyebab Hidrosefalus:

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Hassan et al, 1985).

Swaiman and Wright (1981) mengelompokkan etiologi hidrosefalus berdasarkan proses kejadiannya sebagai berikut :

KongenitalAgenesis korpus kalosum, stenosis akuaduktus serebri, anensefali dan disgenesis serebral, genetis. DegeneratifHistiositosis, inkontinensia pugmenti, dan penyakit Krebbe. InfeksiPost meningitis, TORCH, kista-kista parasit, lues kongenital Kelainan metabolism,Penggunaan isotretionin (Accutane) untuk pengobatan akne vulgaris, antara lain dapat menyebabkan stenosis akuaduktus, sehingga terjadi hidrosefalus pada anak yang dilahirkan. Oleh karena itu penggunaan derivat retinol (vit. A) dilarang pada wanita hamil (Lott et al, 1984).Trauma Seperti pada perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, disamping organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang mengganggu aliran CSS. NeoplasmaTerjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran CSS, antara lain tumor ventrikel III, tumor fossa posterior, papilloma pleksus koroideus, leukemia, dan limfoma. Gangguan vaskulerDilatasi sinus dural, trombosis sinus venosa, malformasi v. Galeni, malformasi arteriovenosa.

Pemantauan dan penanganan:

Pada neonatus, hidrosefalus dipantau dengan pemeriksaan serial ultrasonografi kranial untuk ukuran ventrikel dan lingkar kepala. Jika berat dan progresif atau bayi menjadi simtomatik, suatu pintas ventrikel di masukkan secara pembedahan.

 

3.1.10 Labioskizis (bibir sumbing), labiopalatoskizis (bibir & palatum sumbing), labiognatopalatoskizis (sumbing dari bibir, palatum, hingga hidung).

Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

 

Penyebab:

Faktor Heriditer Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.Mutasi gen danKelainan kromosom.

Faktor Eksternal / Lingkungan : Faktor usia ibu .Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (Schardein, 1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid,  Nutrisi, Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella, Radiasi, Stres emosional,Trauma, (trimester pertama),Faktor hormonal,Faktor mekanik

 

Labioskizis merupakan kelainan yang terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio.

  1. Manifestasi Klinis:
    Pada labio Skisis:Distorsi pada hidung. Tampak sebagian atau keduanya. Adanya celah pada bibir
  2. Pada palato skisis:Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive.Adanya rongga pada hidung. Distorsi hidungTeraba aa celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari. Kesukaran dalam menghisap atau makan

Komplikasi: Gangguan bicara dan pendengaran.Terjadinya otitis media.  Asirasi. Distress pernafasan.  Risiko infeksi saluran nafas. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Penatalaksanaan:
Pada bayi yang langit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak. Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yang masuk menjadi kurang. Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:

1)      Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung..berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.

2)      Pemasangan Obturator yang terbuat dari bahan akrilik yang elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jadi pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tapi beberapa menganggap justru mengarahkan. Pada center-center Cleft seperti Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yang baru sesuai dengan pertumbuhan pasien.

3)      Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik-apotik besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi lubang di langit-langit mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih besar.

4)      Operasi, dengan beberapa tahap, sebagai berikut :  Penjelasan kepada orangtuanya.

Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi (hidung), evaluasi telinga.  Umur 10-12 bulan : Operasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi.Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan PharyngoplastyUmur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi). Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advance mentosteotomy Leforti.

 

3.11 Hipospadia (orifisium uretra terdapat di bagian ventral penis antara skrotum dan gland penis)

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

 

Penyebab Hipospadia: Gangguan dan ketidakseimbangan hormone. Genetika .Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Gejala Hipospadia:

Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis.Penis melengkung ke bawah.Penis tampak seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis.  Jika berkemih, anak harus duduk.

Penatalaksanaan:

Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin.

Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :Meluruskan penis ,Uretroplasty

Koreksi dengan pembedahan pada kasus ini dilakukan pada usia 2 tahun sehingga meatus uretra berada pada ujung penis, ereksi dapat lurus, dan penis terlihat normal. Pada sebagian besar kasus hipospadia yang hanya mengenai glans penis, pembedahan tidak diperlukan kecuali kadang-kadang untuk alasan kosmetik.

 

3.1.12     Fimosis

Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis. dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya.

Fimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.

Biasanya yang diserang adalah bagian ujung penis, sehingga disebut infeksi ujung penis atau balanitis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel dan yang terlihat adalah kulit kulup terbelit dan menggelembung.

Gejala bayi alami fimosis: Ujung kulit penis mengerut dan tak bisa ditarik ke arah pangkal ketika akan dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil, karena muara saluran kencing di ujung penisnya tertutup. Biasanya, dia menangis dan pada ujung penisnya tampak menggembung. Air seni yang keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Anak menangis setiap kali buang air kecil dan kadang disertai demam, akibat terjadi infeksi.

Penyebab fimosis:

Dalam kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih jarang, fimosis terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena peradangan atau luka akibat pembukaan paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah peregangan kulup.

Perawatan:

Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu dengan disunat (khitan), obat dan peregangan.

Bila anak mengalami kesulitan buang air kecil, dokter akan mencoba melebarkan kulup yang melekat. Pelebaran (dilatasi) ini mudah, hanya sekitar 5 menit dan tidak perlu dianestesi (dibius).Bila upaya ini gagal, maka tindakan sunat (sirkumsisi) adalah jalan keluarnya. Apalagi, bila fimosisnya menetap atau terjadi infeksi. Bila perlu, dilakukan pembiusan

 

BAB IV

PENUTUP

  • Kesimpulan

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Etiologi kelainan bawaan dapat dibedakan menjad faktor genetic dan non genetic. Berdasarkan patogenesisnya membedakan kelainan kongenital dengan malformasi. Dalam menegakkan diagnosis postnatal perlu beberapa pendekatan seperti penelaahan prenatal, riwayat persalinan, riwayat kelurga, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Kelainan congenital yang basanya terjadi pada neonates seperti hernia, obstruksi saluran atas, omfalokel, atresiaesofagus, Atresia duodenum, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, labioskizis, hipospadia, fimosis.

 

 

 

  • Saran

Ada baiknya sebelum hamil untuk dipersiapkan terlebih dahulu mengenai kesehatan ibu dan janin ,agar kelainan kelainan congenital pada neonates dapat diminimalisirkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Nanny Vivian.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:Salemba Medika

 

http://www.angelfire.com/ga/RachmatDSOG/congenital.html

 

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan Balita.. .
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto.

 

Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008)

 

Standard